Yulianto - ICMI |
Terkait penundaan Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila
(RUU HIP) untuk kemudian diproses lebih lanjut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ini, Lembaga Bantuan Hukum Ikatan
Cendikiawan Muslim Indonesia (LBH ICMI) malahan meminta RUU tersebut
untuk dibatalkan.
Ketua LBH ICMI, Yulianto Syahyu menegaskan pancasila telah dipahami
sebagai ideologi bangsa dan negara sehingga sebagai dasar hukum
berlakunya tidak perlu diatur dalam Undang-Undang lain lagi.
“Kami minta dengan hormat agar DPR segera batalkan RUU HIP, karena
pancasila sudah bersemayam di dalam Pembukaan UUD 1945,” tegas Syahyu
dalam keterangannya kepada Jejakprofil.Com, Senin (15/6/2020).
Menurut Syahyu, Pancasila sebagai Dasar Negara dan sekaligus ideologi
bangsa dan sudah berakar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi,
tanya Yulianto, buat apa ada RUU HIP ?
“Sebaiknya dibatalkan saja. Sebab, Jika ada Undang-Undang sebagai
kekuatan berlakunya maka akan terjadi degradasi nilai atas Pancasila
sebagai ideologi dan dasar negara,” jelas Syahyu.
Hal Ini menurut Syahyu, akan membuka peluang pasal-pasal yang
terkandung dalam Undang-Undang tersebut di ajukan yudisial review ke
Mahkamah Konsitusi, termasuk eksistensi Pancasila itu sendiri bisa
dianulir kedudukan melalui Mahkamah konstitusi.
“Betapa goyahnya Pansila sebagai ideologi dan Dasar Negara jika
diatur dalam suatu Undang-Undang. Pancasila merupakan domein dari
Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai Lembaga Tertinggi dan manifestasi
dari rakyat dan bangsa Indonesia,” tegas Syahyu.
Melalui RUU HIP yang akan mengatur dan mengutak-atik Pancasila,
bahkan mereduksi Pancasila menjadi trisila dan seterusnya menjadi
ekasila. LBH ICMI mempertanyakan siapa yang berada dibelakang konsep ini
dan apa tergetnya, serta akan dibawa kemana Republik ini? Tanya Syahyu.
Konsep trisila ini dinilai sebagai degradasi konsep ketuhanan yang
harus tunduk kepada manusia, dan seterusnya Eka Sila yang menafikan
keberadaan Tuhan.
“Selanjutnya, konsep ekasila menunjukkan gotong royong. Makhluk yang
hidupnya bergotong royong adalah manusia. Jadi di dalam konsep ekasila
ini yang menjadi penentu dan yang ingin mereka usahakan untuk
benar-benar menjadi maha penentu di negeri ini adalah manusia, tidak ada
lagi Tuhan, ini bukan saja akan melahirkan negara sekuler, tapi
sempurna sebagai negara atheis”, punkas Syahyu.
0 Komentar