 |
| Ki Ageng Lanang bersama Kadiskominfo Depok |
SUARAREPUBLIK.COM - Kunjungan Kadis Kominfo Depok ke Padepokan ABBAH DALLANG merupakan salah satu kepedulian beliau untuk menyerap informasi dan bisa menjadi sarana berkomunikasi dan interaksi langsung dengan nara sumber penulis buku Rekonstruksi Sunan Kalijaga, dan Metode Dallang Pola Mengaji Senang Mudah Sederhana Ustadz H Muhamad Yasin MD. Suasana sepi karena masih puasa dan lockdown tidak mengurangi rasa hidmah dalam pertemuan tersebut. Alhamdulillah, ada hikmah yang bisa kita ambil hikmah corona khofid 19 ini ya Pak, kita bisa keluar dari kebiasaan rutinitas yang kadang menjemukan, perlu penyegaran inspirasi baru sehingga akan menjadi kekuatan baru ke depan lebih baik dalam peduli dan berbagi pada diri dan lingkungan, terimaksih atas kunjungan dan kedatangannya, Abbah Dallang, atau Ki Ageng Lanang sebutan akrab (Ustadz H Muhamad Yasin) membuka pembicaraan. Alhamdulillah akhirnya saya bisa berkunjung dan tahu Padepokan Abbah Dallang dan tahu kantor PWRI Center, besar juga.... balas Pak Kadis Kominfo Depok Bapak Sidik. Alhamdulillah karuniaNya, ada orang dermawan yang baik hati yang sangat peduli dalam dunia pendidikan generasi bangsa dulunya Gedung ini tempat awalnya Bina Sarana Informasi mengadakan pendidikan komputer, kursus untuk bekal generasi memahami tehnologi komunikasi informasi, yang sekerang ini telah berkembang menjadi Universitas Bina Sarana Informatika, Gedung ini dipercakan pada kami untuk kebaikan Program Mengaji (Mengasah Jiwa), makanya kami mengadakan kegiatan Selasa Mengaji sebagai Program PWRI Depok, dengan program ABBAH DALLANG. "Ki Dallang semangat memaparkan."
"Apa sih Program Abbah Dallang, kok L nya dua?".Tanya Pak Kadis Kominfo Depok mau tahu atau tahu banget.
"Masih berkaitan komunikasi dan informasi kejurnalisan. ABBAH itu Aksi Berantas Buta Aksara Hijaiyah, kita tahu aksara hijaiyah merupakan bagian aksara internasional dan juga bahasa komunikasi ilahiah kepada Rasul yang tertulis (Al Kitab) agar menjadi petunjuk keselamatan untuk semesta alam raya, terutama manusia agar hidupnya bahagia, maka itulah kami memprakasi kegiatan "Selasa Mengaji PWRI" dengan pendekatan dan polanya senang, mudah, sederhana untuk relaksasi agar optimal daya cipta dan rasa dalam karsa kita. Dengan menggunakan "Metode Dallang" polanya bercerita dan bernyanyi, bercerita untuk mengasah otak dan pikiran, bernyanyi untuk mengasah rasa dan hati...."Abbah Dallang menjelaskan.
Menarik ini....terus kenapa Dallang kok L nya Mas......?" Tanya Pak Kadis.
Waaaah.....bisa jelaskan.....Bapak ada waktu bisa lama disini..?." balik tanya Abbah Dallang ke Pak Kadis Kominfo Depok Bapak Sidik Mulyono.
Kedatangan Kadis Kominfo Depok sendiri sebagai tindak lanjut dan apresiasinya atas kunjungan teman-teman pengurus PWRI ke kantor beliau beberapa waktu yang lalu.
"Diskominfo sebagai pihak yang sudah dianggap sebagai bapaknya wartawan, tentunya juga ingin lebih mengenal anak-anaknya termasuk teman-teman di PWRI ini, dan saya juga jadi lebih tahu apa program yang dijalankan oleh teman-teman PWRI, seperti program ABBAH PWRI yang saya juga tertarik untuk lebih mengetahuinya," Ujar beliau..
Dalam kesempatan silaturahmi tersebut, Ketua DPC PWRI juga hadir didampingi bendahara. Kadis Kominfo Bapak Sidik Mulyono juga memberikan klarifikasi terkait banyaknya stigmatisasi yang disematkan dalam dirinya secara pribadi, seperti tudingan mengkotak-kotakkan wartawan dan memilah-milah mana wartawan yang perlu difasilitasi atau tidak.
"Saya klarifikasi bahwa tidak ada pengkotak-kotakkan, kalau ada yg merasa seperti itu silahkan langsung temui saya, dan pastinya saya juga punya alasan kenapa seseorang wartawan itu tidak terfasilitasi, karena sy terlanjur dianggap sebagai bapaknya teman-teman wartawan, ya artinya saya memperlakukan wartawan sebagai anak saya, dimana apabila ada sesuatu yang bengkok sedikit ya saya luruskan, banyak yang seperti itu dan mereka bisa menerima," jelas beliau.
"Yang penting bagi saya dalam soal pemberitaan harus berimbang sesuai fakta yang ada. Jadi saya lebih menekankan pada pemberitaan yang berimbang dan kode etik jurnalistik, tidak ada pengkotak-kotakkan.
Walau ada media yang menaikkan berita menghantam, tidak ada yang saya coret, sepanjang dia beritanya valid dan sesuai dengan fakta, itu tidak ada masalah," sambungnya.
"Waktu itu sempat ada koran lokal yang saya finalti karena ketika itu ada pemberitaan tidak berimbang terkait banjir, akhirnya saya tegur dan waktu itu juga karena melibatkan Dandim dan Dandim juga sudah menegur, tapi teguran saya dan Dandim tidak dihiraukan, ya sudah kita bilang say goodbye saja dengan media itu. Nah inikan bentuk teguran saya kepada mereka, tapi Alhamdulillaah setelah 6 bulan mereka sowan ke kantor dan minta maaf, ya sudah selesai dan saya tidak ingat-ingat lagi kesalahan mereka," ungkap beliau.
"Memang ada wartawan yang hingga hari ini masih tidak ada komunikasi lagi dengan saya, namun jangan gara-gara itu lantas digeneralisasi sebagai pengkotak-kotakkan, tidak ada itu. Saya juga tidak hapal rinciannya berapa media yang diakomodir diskominfo, tapi yang jelas lebih dari seratus," tegasnya.
Yang menarik adalah saat Kadiskominfo memberikan klarifikasi terkait pemberitaan dirinya yang dimuat dalam sebuah media online hasil tulisan salah satu pimpinan organisasi wartawan di Kota Depok yang menstigmatisasi dirinya tidak loyal kepada walikota, bermain mata dengan Sekda, dan kurang berkomunikasi dengan forkopimda terkait tugasnya di Gugus Tugas Covid-19 sehingga dirinya akan dimutasikan/dikembalikan ke tempat dinas asalnya di BPPT.
"Gimana juga beliau adalah pimpinan saya, saya tadinya sudah nyerah saja kembali ke BPPT tanpa embel-embel, gara-gara dia buat berita seperti itu yang memfitnah saya, yang marah justru bukan saya tapi teman-teman wartawan dan LSM, dan sejak semalam sudah ramai. Soal pemulangan, saya sebenarnya sih siap-siap saja. Kalau soal penugasan, itu aturannya memang kan sudah berubah peraturannya," kata beliau.
"Pak Wali menggunakan dasar peraturan kemenpan 2018, sementara BKN sudah mengeluarkan peraturan yang terbaru, dimana tidak ada lagi istilahnya dipekerjakan. Jadi kalau model seperti saya ini sudah harus mutasi, jatuh tempo 3 tahun bukan dikembalikan tapi dimutasi. Dan surat pemberitahuan dari BPPT itu bukan surat untuk pengembalian saya, tetapi untuk menanyakan ke saya apakah saya akan kembali ke BPPT atau tetap disini? Kalau disini berarti mutasi, namun tanpa dikonsultasikan ke saya, langsung dibikin surat pemulangan itu secara sepihak," jelasnya.
"Dijelaskan dalam peraturan BKN no.5 th 2019 pasal 12 ayat 1 disebutkan bagi ASN yang mengikuti seleksi jabatan terbuka dan dia lulus maka dia harus mutasi. Tidak ada komunikasi ke saya kecuali hanya pemberitahuan ke saya saja kalau saya dikembalikan. Bukannya ditanya dulu mau disini atau kembali? Jadi surat dari BPPT itu sebenarnya untuk menanyakan saya melalui pak wali, tapi langsung dijawab begitu lewat surat BKPSDM," lanjutnya beliau.
"Nah inipun saya coba tanyakan ke pak sekda, ternyata pak sekda tidak tahu soal surat ini, padahal surat walikota itu harus melalui pejabat yang berwenang dalam hal ini adalah sekda. Itu dari sisi persuratannya, nah dari sisi kekuatan hukumnya, itukan saya dilantik menggunakan SK, nah sementara pemberhentian saya hanya sekedar surat pengembalian, artinya surat pengembalian kalah kuat dengan surat pelantikan saya," tambahnya.
"Harusnya sebelum surat pengembalian, ada surat pemberhentian terlebih dahulu, dan surat pemberhentian itu juga harus ada alasan, nah terkait hal itu kepala daerah mesti berkonsultasi dengan kemendagri untuk mencari alasan pemberhentian ini secara legal. Kemendagri nanti setelah disurati akan mengirim asesornya kesini untuk mengevaluasi kinerja dan loyalitas saya, semua ditanyakan dan kesimpulannya itu apabila hasilnya negatif ya artinya layak untuk mendapatkan SK pemberhentian, setelah itu baru ada surat pengembalian. Inikan tidak ada evaluasi dalam rapat, saya tidak diajak konsultasi juga, tiba-tiba saya dipanggil dan langsung dikembalikan," pungkasnya.
Sebelum pamitan Bapak Sidik M mendapat cindramata dari PWRI berupa dua buah buku. Buku Rekonstruksi Sunan Kalijaga dan Metode Dallang. Karena beliau masih ada janjiin beliau ijin pamit, nanti bila ada waktu akan janji ketemu untuk membahas program ABBAH DALLANG PWRI,
M YSN
"Apa sih Program Abbah Dallang, kok L nya dua?".Tanya Pak Kadis Kominfo Depok mau tahu atau tahu banget.
"Masih berkaitan komunikasi dan informasi kejurnalisan. ABBAH itu Aksi Berantas Buta Aksara Hijaiyah, kita tahu aksara hijaiyah merupakan bagian aksara internasional dan juga bahasa komunikasi ilahiah kepada Rasul yang tertulis (Al Kitab) agar menjadi petunjuk keselamatan untuk semesta alam raya, terutama manusia agar hidupnya bahagia, maka itulah kami memprakasi kegiatan "Selasa Mengaji PWRI" dengan pendekatan dan polanya senang, mudah, sederhana untuk relaksasi agar optimal daya cipta dan rasa dalam karsa kita. Dengan menggunakan "Metode Dallang" polanya bercerita dan bernyanyi, bercerita untuk mengasah otak dan pikiran, bernyanyi untuk mengasah rasa dan hati...."Abbah Dallang menjelaskan.
Menarik ini....terus kenapa Dallang kok L nya Mas......?" Tanya Pak Kadis.
Waaaah.....bisa jelaskan.....Bapak ada waktu bisa lama disini..?." balik tanya Abbah Dallang ke Pak Kadis Kominfo Depok Bapak Sidik Mulyono.
Kedatangan Kadis Kominfo Depok sendiri sebagai tindak lanjut dan apresiasinya atas kunjungan teman-teman pengurus PWRI ke kantor beliau beberapa waktu yang lalu.
"Diskominfo sebagai pihak yang sudah dianggap sebagai bapaknya wartawan, tentunya juga ingin lebih mengenal anak-anaknya termasuk teman-teman di PWRI ini, dan saya juga jadi lebih tahu apa program yang dijalankan oleh teman-teman PWRI, seperti program ABBAH PWRI yang saya juga tertarik untuk lebih mengetahuinya," Ujar beliau..
Dalam kesempatan silaturahmi tersebut, Ketua DPC PWRI juga hadir didampingi bendahara. Kadis Kominfo Bapak Sidik Mulyono juga memberikan klarifikasi terkait banyaknya stigmatisasi yang disematkan dalam dirinya secara pribadi, seperti tudingan mengkotak-kotakkan wartawan dan memilah-milah mana wartawan yang perlu difasilitasi atau tidak.
"Saya klarifikasi bahwa tidak ada pengkotak-kotakkan, kalau ada yg merasa seperti itu silahkan langsung temui saya, dan pastinya saya juga punya alasan kenapa seseorang wartawan itu tidak terfasilitasi, karena sy terlanjur dianggap sebagai bapaknya teman-teman wartawan, ya artinya saya memperlakukan wartawan sebagai anak saya, dimana apabila ada sesuatu yang bengkok sedikit ya saya luruskan, banyak yang seperti itu dan mereka bisa menerima," jelas beliau.
"Yang penting bagi saya dalam soal pemberitaan harus berimbang sesuai fakta yang ada. Jadi saya lebih menekankan pada pemberitaan yang berimbang dan kode etik jurnalistik, tidak ada pengkotak-kotakkan.
Walau ada media yang menaikkan berita menghantam, tidak ada yang saya coret, sepanjang dia beritanya valid dan sesuai dengan fakta, itu tidak ada masalah," sambungnya.
"Waktu itu sempat ada koran lokal yang saya finalti karena ketika itu ada pemberitaan tidak berimbang terkait banjir, akhirnya saya tegur dan waktu itu juga karena melibatkan Dandim dan Dandim juga sudah menegur, tapi teguran saya dan Dandim tidak dihiraukan, ya sudah kita bilang say goodbye saja dengan media itu. Nah inikan bentuk teguran saya kepada mereka, tapi Alhamdulillaah setelah 6 bulan mereka sowan ke kantor dan minta maaf, ya sudah selesai dan saya tidak ingat-ingat lagi kesalahan mereka," ungkap beliau.
"Memang ada wartawan yang hingga hari ini masih tidak ada komunikasi lagi dengan saya, namun jangan gara-gara itu lantas digeneralisasi sebagai pengkotak-kotakkan, tidak ada itu. Saya juga tidak hapal rinciannya berapa media yang diakomodir diskominfo, tapi yang jelas lebih dari seratus," tegasnya.
Yang menarik adalah saat Kadiskominfo memberikan klarifikasi terkait pemberitaan dirinya yang dimuat dalam sebuah media online hasil tulisan salah satu pimpinan organisasi wartawan di Kota Depok yang menstigmatisasi dirinya tidak loyal kepada walikota, bermain mata dengan Sekda, dan kurang berkomunikasi dengan forkopimda terkait tugasnya di Gugus Tugas Covid-19 sehingga dirinya akan dimutasikan/dikembalikan ke tempat dinas asalnya di BPPT.
"Gimana juga beliau adalah pimpinan saya, saya tadinya sudah nyerah saja kembali ke BPPT tanpa embel-embel, gara-gara dia buat berita seperti itu yang memfitnah saya, yang marah justru bukan saya tapi teman-teman wartawan dan LSM, dan sejak semalam sudah ramai. Soal pemulangan, saya sebenarnya sih siap-siap saja. Kalau soal penugasan, itu aturannya memang kan sudah berubah peraturannya," kata beliau.
"Pak Wali menggunakan dasar peraturan kemenpan 2018, sementara BKN sudah mengeluarkan peraturan yang terbaru, dimana tidak ada lagi istilahnya dipekerjakan. Jadi kalau model seperti saya ini sudah harus mutasi, jatuh tempo 3 tahun bukan dikembalikan tapi dimutasi. Dan surat pemberitahuan dari BPPT itu bukan surat untuk pengembalian saya, tetapi untuk menanyakan ke saya apakah saya akan kembali ke BPPT atau tetap disini? Kalau disini berarti mutasi, namun tanpa dikonsultasikan ke saya, langsung dibikin surat pemulangan itu secara sepihak," jelasnya.
"Dijelaskan dalam peraturan BKN no.5 th 2019 pasal 12 ayat 1 disebutkan bagi ASN yang mengikuti seleksi jabatan terbuka dan dia lulus maka dia harus mutasi. Tidak ada komunikasi ke saya kecuali hanya pemberitahuan ke saya saja kalau saya dikembalikan. Bukannya ditanya dulu mau disini atau kembali? Jadi surat dari BPPT itu sebenarnya untuk menanyakan saya melalui pak wali, tapi langsung dijawab begitu lewat surat BKPSDM," lanjutnya beliau.
"Nah inipun saya coba tanyakan ke pak sekda, ternyata pak sekda tidak tahu soal surat ini, padahal surat walikota itu harus melalui pejabat yang berwenang dalam hal ini adalah sekda. Itu dari sisi persuratannya, nah dari sisi kekuatan hukumnya, itukan saya dilantik menggunakan SK, nah sementara pemberhentian saya hanya sekedar surat pengembalian, artinya surat pengembalian kalah kuat dengan surat pelantikan saya," tambahnya.
"Harusnya sebelum surat pengembalian, ada surat pemberhentian terlebih dahulu, dan surat pemberhentian itu juga harus ada alasan, nah terkait hal itu kepala daerah mesti berkonsultasi dengan kemendagri untuk mencari alasan pemberhentian ini secara legal. Kemendagri nanti setelah disurati akan mengirim asesornya kesini untuk mengevaluasi kinerja dan loyalitas saya, semua ditanyakan dan kesimpulannya itu apabila hasilnya negatif ya artinya layak untuk mendapatkan SK pemberhentian, setelah itu baru ada surat pengembalian. Inikan tidak ada evaluasi dalam rapat, saya tidak diajak konsultasi juga, tiba-tiba saya dipanggil dan langsung dikembalikan," pungkasnya.
Sebelum pamitan Bapak Sidik M mendapat cindramata dari PWRI berupa dua buah buku. Buku Rekonstruksi Sunan Kalijaga dan Metode Dallang. Karena beliau masih ada janjiin beliau ijin pamit, nanti bila ada waktu akan janji ketemu untuk membahas program ABBAH DALLANG PWRI,
M YSN
0 Komentar