Mabes Polri menduga pelaku penusukan dua anggota Brimob saat salat Isya di Masjid Falatehan, Jakarta Selatan, pada Jumat (30/6/2017) malam, adalah lelaki bernama Mulyadi.
Meski masih akan mencocokkan DNA yang bersangkutan dengan kakak perempuannya, keluarga Mulyadi sudah mengakui jenazah yang tewas ditembak anggota polisi tersebut.
Hal tersebut, diperkuat oleh keterangan sejumlah saksi. Bahkan, menurut saksi, Mulyadi kerapkali aktif di laman-laman komunitas berhaluan radikal di media sosial.
Setidaknya, aktifitas Mulyadi di media sosial itu diakui oleh teman dagangnya di Roxy, Jakarta Barat, dan temannya satu SMA di Jakarta Selatan.
"Dia (Mulyadi) selalu asik main ponsel. Dalam ponsel itu, dia aktif di grup-grup media sosial radikal. Dia (Mulyadi) juga menyebut ISIS itu yang benar, khilafah yang benar," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto.
Setyo mengungkapkan, kebiasaan tersebut diketahui dari teman Mulyadi yang tinggal di kawasan Jakarta Selatan.
Sebelum Mulyadi melakukan aksi teror, Setyo menuturkan yang bersangkutan sempat menginap dua hari di rumah temannya tersebut. Selama itu pula, Mulyadi ketahuan sibuk dengan aktif di grupg-rup radikal melalui ponsel.
"Yang jelas, pelaku terprovokasi melakukan teror via media sosial," tukasnya.
Mulyadi sendiri sudah tewas ditembak polisi tak lama setelah menikam dua Brimob.
Sementara, dua Brimob yang menjadi korban penusukan Mulyadi, AKP Dede Suhatmi dan Briptu M Syaiful Bahtiar kini tengah mendapatkan perawatan di RS Polri, Kramat Djati, Jakarta Timur. Dua orang ini mendapatkan luka di leher dan wajah. Kondisi keduanya berangsur baik setelah dioperasi.
0 Komentar