Salah satu Pilkada yang menarik disimak adalah DKI 2017. Pesta demokrasi yang berlangsung kurang lebih enam bulan itu menyisakan cerita yang masih berlanjut. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat sebagai pasangan yang kalah akan lengser dan digantikan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Tepat satu hari setelah pencoblosan, Anies memenuhi undangan Ahok untuk menerima tamu bersama di Balai Kota, Jakarta Pusat. Walau hanya berlangsung selama 20 menit, pertemuan itu sangat penting. Pertemuan itu menunjukkan tensi pertarungan di antara mereka sudah reda dan membangun rekonsiliasi.
Tensi pertarungan Anies-Sandi dengan Ahok-Djarot semakin terasa reda ketika Sandi mengadakan santap malam bersama Djarot. Ditemani istrinya masing-masing, Sandi dan Djarot bertemu dengan santai sembari membahas Jakarta.
"Tadi saya sampaikan supaya siap-siap menjadi tuan rumah Asian Games. Kami tanya jawab Asian Games, MRT, LRT, yang akan menjadi tanggung jawab," kata Djarot usai pertemuan di restoran Meradelima, Jakarta Selatan, Rabu (26/4) lalu.
Sandi mengatakan pada pertemuan itu tidak membahas secara mendalam program kerja Anies-Sandi. Pertemuan berlangsung secara informal bahkan Sandi sempat menyayikan lagu Ini Dia si Jali-jali. Secara tidak langsung pertemuan ini juga memastikan hubungan Djarot dengan Sandi baik-baik saja dan tensi pertarungan semakin mereda.
Pengamat politik dari The Indonesian Public Institute, Karyono Wibowo menilai penurunan tensi pertarungan setelah Pilkada merupakan hal yang sangat wajar. Begitu juga dengan pertemuan Ahok-Anies dan Djarot-Sandi.
"Pertemuan seperti itu hanya formalitas politik. Tapi sebenarnya ada sesuatu yang ingin mereka sampaikan dalam pertemuan itu. Bisa kepada diri sendiri atau kepada publik," kata Karyono, Sabtu (10/6).
Setelah santap malam tersebut, Djarot-Sandi belum sempat kembali bertemu. Keduanya sibuk menjalankan agenda masing-masing. Djarot sibuk bekerja sebagai pelaksana tugas gubernur yang sebentar lagi akan menggantikan Ahok, sedangkan Sandi sibuk menyiapkan segala hal untuk memimpin DKI Jakarta.
Di tengah kesibukan tersebut, tensi pertarungan Djarot dengan Sandi meningkat secara perlahan. Hal itu terlihat dari keinginan Djarot membuat peraturan daerah (Perda) tentang pengelolaan dan keberadaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Perda itu diajukan Djarot lantaran tidak ingin RPTRA digunakan sebagai tempat untuk mencari jodoh atau acara keagamaan tertentu, seperti pengajian.
Perda tersebut akan bertentangan dengan Anies-Sandi bila disahkan. Pasalnya Anies-Sandi ingin mengadakan ta'aruf massal di di RPTRA yang merupakan salah satu kegiatan dari Kartu Jakarta Jomblo.
Menanggapi hal tersebut, Sandi mendukung rencana Djarot. Ia berdalih setelah ada kajian masalah jomblo lebih baik dikembalikan ke ranah pribadi. Apa lagi saat ini sudah ada situs yang mempermudah perjodohan.
Namun jawaban Sandi seolah terpaksa setuju dengan rencana Djarot. "Apa yang pak Djarot lakukan sekarang saya dukung deh. Begitu deh dari pada ribut gitu," kata Sandi di Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (7/6) lalu.
Karyono menilai tensi yang kembali meningkat seperti itu sangat mungkin terjadi dan tidak ada pihak yang salah. Apa yang dilakukan Djarot tidak salah karena masih resmi menjabat dan Sandi tidak salah menaggapi hal tersebut karena dia akan menjabat.
"Tensi kembali naik karena ada kepentingan kebijakan. Yang menjabat ingin meninggalkan sesuatu namun yang baru ingin inovasi tapi bertentangan dengan peninggalan," kata Karyono.
Sehari setelah mengusulkan Perda, Djarot kembali bersuara soal RPTRA. Ia khawatir setelah lengser pada Oktober nanti program RPTRA yang ia buat bersama Ahok akan dihapuskan. Mantan Wali Kota Blitar ini ingin ada jaminan RPTRA digunakan sesuai fungsi.
Pernyataan tersebut kembali disambut Sandi. Mantan pengusaha itu meminta Djarot untuk tidak berprasangka buruk pada pemerintahannya bersama Anies nanti. Ia memastikan program yang baik untuk masyarakat akan dilanjutkan.
"Pak Djarot, jangan suuzon dengan pemerintahan yang baru. Seperti kami selalu husnudzon pada pemerintahan beliau," kata Sandiaga di Senayan, Jakarta Pusat, Jum'at (9/6) lalu.
Lempar tangkap jawaban antara Djarot dengan Sandi menunjukkan tensi pertarungan semakin meningkat belakangan ini. Kemungkinan tensi akan semakin meningkat bila Perda pengelolaan RPTRA sudah masuk pembahasan yang lebih serius. Pasalnya Djarot akan segera melakukan kajian akademis dan membicarakan pengajuan Perda tersebut dengan DPRD DKI Jakarta.
"Kalau sudah seperti itu, peningkatan dilatari gengsi politik. Suasana pertarungan Pilkada masih terasa karena yang menang belum menjabat dan yang masih menjabat sah saja bila membuat kebijakan walau akan bertentangan," kata Karyono.
Karyono melanjutkan, "Biasanya kalau sudah resmi menjabat tensi akan turun dan hubungan kembali baik. Jokowi-Prabowo adalah contoh nyata, mereka kembali akur setelah tensi pertarungan Pilpres 2014 yang sangat-sangat tinggi."
0 Komentar