Fes lebih dikenal sebagai kota spiritual dan budaya di Maroko. Kota eksotik ini dibangun oleh Raja Idris I pada 789 M. Putranya, Idris II, melanjutkan pembangunan kota ini hingga 810 M.
Kota Fes terdiri dari dua bagian, yaitu kota baru dan kota lama. Dari atas bukit, Kota Fez lama disesaki rumah-rumah atau bangunan yang berimpitan. Lazimnya kota-kota tua di Arab, Fes lama juga dikelilingi tembok tinggi, sekitar lima meter, dengan beberapa buah pintu masuk. Kota lama yang dikenal pula dengan nama Fez Al Bali hanya bisa dimasuki dengan jalan kaki atau naik sepeda. Tak ada akses untuk kendaraan roda empat di sini. Toko-toko, sekolah, rumah penduduk, dan restoran saling berhadapan, hanya dipisahkan oleh jalan sempit selebar dua meter saja. Konon, sejak 1.000 tahun silam, beginilah wujud Kota Fes, tak berubah sama sekali.
Berpenduduk hampir satu juta jiwa (menurut sensus 2004), Fes kini merupakan kota ketiga terbesar di Maroko, setelah Casablanca dan Rabat. Kota ini juga salah satu dari empat ibu kota monarki di Maroko, selain Marrakesh, Meknes, dan Rabat.
Dalam sepanjang sejarahnya hingga 1912, Fes dikenal sebagai ibu kota Maroko. Pada 1912, ketika Maroko dijajah Prancis status sebagai ibu kota negara berpindah ke Rabat hingga saat ini. Meski tak lagi jadi ibu kota negara, Fes tetap berkilau sebagai kota spiritual dan budaya di Maroko. Kini, saatnya kita menjelajahi monumen-monumen budaya dan spiritual tersebut.
Masjid dan Universitas Al-Qarawiyyin
Kota Fes terdiri dari dua bagian, yaitu kota baru dan kota lama. Dari atas bukit, Kota Fez lama disesaki rumah-rumah atau bangunan yang berimpitan. Lazimnya kota-kota tua di Arab, Fes lama juga dikelilingi tembok tinggi, sekitar lima meter, dengan beberapa buah pintu masuk. Kota lama yang dikenal pula dengan nama Fez Al Bali hanya bisa dimasuki dengan jalan kaki atau naik sepeda. Tak ada akses untuk kendaraan roda empat di sini. Toko-toko, sekolah, rumah penduduk, dan restoran saling berhadapan, hanya dipisahkan oleh jalan sempit selebar dua meter saja. Konon, sejak 1.000 tahun silam, beginilah wujud Kota Fes, tak berubah sama sekali.
Berpenduduk hampir satu juta jiwa (menurut sensus 2004), Fes kini merupakan kota ketiga terbesar di Maroko, setelah Casablanca dan Rabat. Kota ini juga salah satu dari empat ibu kota monarki di Maroko, selain Marrakesh, Meknes, dan Rabat.
Dalam sepanjang sejarahnya hingga 1912, Fes dikenal sebagai ibu kota Maroko. Pada 1912, ketika Maroko dijajah Prancis status sebagai ibu kota negara berpindah ke Rabat hingga saat ini. Meski tak lagi jadi ibu kota negara, Fes tetap berkilau sebagai kota spiritual dan budaya di Maroko. Kini, saatnya kita menjelajahi monumen-monumen budaya dan spiritual tersebut.
Masjid dan Universitas Al-Qarawiyyin
Masjid dan universitas Al-Qarawiyyin. Dua bangunan inilah yang membuat Fes dikenal sebagai kota spiritual. Pada masa kejayaan Islam, universitas (jami'ah) yang berada di jantung kota Fes ini menjadi tujuan menuntut ilmu dari para mahasiswa mancanegara, baik dari dunia Islam maupun Eropa.
Cikal bakal universitas ini bermula dari aktivitas diskusi di Masjid Al-Qarawiyyin. Tak cuma mengkaji Alquran dan fikih, diskusi itu lambat laun menjangkau beragam topik, mulai dari tata bahasa, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, sejarah, geografi, hingga musik. Aktivitas diskusi yang melibatkan para ilmuwan terkemuka pada masa itu akhirnya mampu membetot perhatian umat Islam dari berbagai belahan dunia. Sejak itulah, aktivitas keilmuan di Masjid Al-Qarawiyyin berubah menjadi kegiatan keilmuan bertaraf perguruan tinggi.
Sejarah mencatat, Universitas Al-Qarawiyyin merupakan universitas pertama yang lahir dari peradaban Islam, didirikan pada 859 M. Pada 1988, Guinness Book of World Records menempatkan universitas ini sebagai perguruan tinggi tertua dan pertama seantero jagad yang menawarkan gelar kesarjanaan. Universitas ini lebih tua dari Universitas Al-Azhar di Kairo yang mulai beroperasi pada abad ke-10, bahkan jauh lebih tua dari berbagai universitas terkemuka di Eropa, seperti Universitas Bologna dan Universitas Oxford.
Madrasah Bu Inaniya
Cikal bakal universitas ini bermula dari aktivitas diskusi di Masjid Al-Qarawiyyin. Tak cuma mengkaji Alquran dan fikih, diskusi itu lambat laun menjangkau beragam topik, mulai dari tata bahasa, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, sejarah, geografi, hingga musik. Aktivitas diskusi yang melibatkan para ilmuwan terkemuka pada masa itu akhirnya mampu membetot perhatian umat Islam dari berbagai belahan dunia. Sejak itulah, aktivitas keilmuan di Masjid Al-Qarawiyyin berubah menjadi kegiatan keilmuan bertaraf perguruan tinggi.
Sejarah mencatat, Universitas Al-Qarawiyyin merupakan universitas pertama yang lahir dari peradaban Islam, didirikan pada 859 M. Pada 1988, Guinness Book of World Records menempatkan universitas ini sebagai perguruan tinggi tertua dan pertama seantero jagad yang menawarkan gelar kesarjanaan. Universitas ini lebih tua dari Universitas Al-Azhar di Kairo yang mulai beroperasi pada abad ke-10, bahkan jauh lebih tua dari berbagai universitas terkemuka di Eropa, seperti Universitas Bologna dan Universitas Oxford.
Madrasah Bu Inaniya
Sebagai salah satu pusat budaya dan peradaban Islam, Fez memiliki banyak lembaga pendidikan. Selain Universitas Al-Qarawiyyin, ada pula Madrasah Bu Inaniya yang dibangun pada 1351-1356 M oleh Raja Berber Abu Inan Faris. Selain di Fez, dia juga membangun madrasah serupa di Meknes.
Nama Bu Inaniya diambil dari nama depan sang raja, yakni Abu Inan. Selain sebagai lembaga pendidikan, madrasah ini juga difungsikan sebagai masjid. Tak heran, jika madrasah ini memiliki menara. Dan, Bu Inaniya menjadi satu-satunya madrasah di Fez yang bermenara.
Dibangunnya madrasah ini, menurut sejarah, bermula ketika imam Masjid Al-Qarawiyyin menasihati Raja Abu Inan Faris untuk membangun madrasah. Nasihat itu dipenuhi sehingga berdirilah madrasah tersebut yang merupakan madrasah terakhir pada Dinasti Marinid. Di Fes dan Maroko, pada masa itu madrasah menjadi lembaga pendidikan sekaligus keagamaan yang sangat penting.
Seiring bergulirnya waktu, madrasah ini sempat beberapa kali direnovasi. Pada abad ke-18, madrasah ini menjalani renovasi besar-besaran. Hampir seluruh bagian gedung dibangun ulang. Renovasi besar kembali dilakukan pada abad ke-20, meliputi pemugaran pada struktur bangunan dan dekorasi.
Saat ini, Madrasah Bu Inaniya merupakan salah satu dari sedikit situs keagamaan di Maroko yang boleh dimasuki pengunjung non-Muslim.
Mausoleum Idris II
Nama Bu Inaniya diambil dari nama depan sang raja, yakni Abu Inan. Selain sebagai lembaga pendidikan, madrasah ini juga difungsikan sebagai masjid. Tak heran, jika madrasah ini memiliki menara. Dan, Bu Inaniya menjadi satu-satunya madrasah di Fez yang bermenara.
Dibangunnya madrasah ini, menurut sejarah, bermula ketika imam Masjid Al-Qarawiyyin menasihati Raja Abu Inan Faris untuk membangun madrasah. Nasihat itu dipenuhi sehingga berdirilah madrasah tersebut yang merupakan madrasah terakhir pada Dinasti Marinid. Di Fes dan Maroko, pada masa itu madrasah menjadi lembaga pendidikan sekaligus keagamaan yang sangat penting.
Seiring bergulirnya waktu, madrasah ini sempat beberapa kali direnovasi. Pada abad ke-18, madrasah ini menjalani renovasi besar-besaran. Hampir seluruh bagian gedung dibangun ulang. Renovasi besar kembali dilakukan pada abad ke-20, meliputi pemugaran pada struktur bangunan dan dekorasi.
Saat ini, Madrasah Bu Inaniya merupakan salah satu dari sedikit situs keagamaan di Maroko yang boleh dimasuki pengunjung non-Muslim.
Mausoleum Idris II
Inilah makam Raja Idris II. Makam ini berada di dalam sebuah masjid di wilayah kota lama. Saat ini, mausoleum Idris II merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi orang di Fes, setelah Masjid Al -Qarawiyyin.
Mausoleum ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari rumah tenda (bangunan yang didirikan Raja Idris I ketika pertama kali membangun Fes), Masjid Al-Ashraf, dan tempat wudhu yang berupa kolam dan air mancur.
Pada masa lalu, bangunan ini pernah menjalani beberapa kali renovasi dan perluasan. Tapi, pamornya sebagai situs spiritual terkemuka di Fes sedikit surut ketika Masjid Al-Qarawiyyin dibangun pada abad ke-9 M. Shalat Jumat yang sebelumnya digelar di musoleum ini dipindahkan penyelenggaraannya ke masjid tersebut.
Pada masa lalu, bangunan ini pernah menjalani beberapa kali renovasi dan perluasan. Tapi, pamornya sebagai situs spiritual terkemuka di Fes sedikit surut ketika Masjid Al-Qarawiyyin dibangun pada abad ke-9 M. Shalat Jumat yang sebelumnya digelar di musoleum ini dipindahkan penyelenggaraannya ke masjid tersebut.
0 Komentar