Empat WNI kini masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) kepolisian Filipina karena diduga ikut terlibat dalam peperangan di Kota Marawi, Filipina selatan. Daftar itu dirilis oleh kepolisian Filipina pada pekan ini.
Dalam daftar itu tercantum empat nama yakni Ikhwan Yushel, Yayat Hidayat Tarli, Yoki Pratama Windyarto dan Al Ikhwan Yushel.
“Masyarakat disarankan untuk tetap waspada dan segera melaporkan jika ada orang-orang yang mencurigakan atau teroris lokal ke kantor polisi setempat,” ujar kepolisian Filipina dalam poster tersebut.
Menurut informasi Kabagpenum Divisi Humas Mabes Polri Martinus Sitompul mereka menyeberang ke Filipina Selatan dalam rentang waktu yang berbeda. Ikhwan diketahui menyeberang ke Filipina pada tanggal 28 Maret. Sedangkan Yayat dan Anggara menyeberang di tanggal bersamaan yakni 15 April. Yoki berangkat pada tanggal 4 Maret.
Selain empat orang yang sudah masuk ke dalam DPO kepolisian Filipina, tiga orang lainnya sudah masuk ke dalam pemantauan Mabes Polri.
“Menurut juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP), Brigadir Jenderal Restituto Padilla, satu WNI dengan inisial MG disebut telah meninggal dalam pertempuran di Marawi. Tetapi, sampai sekarang jasadnya belum ditemukan,” ujar Martinus melalui pesan pendek pada Rabu, 31 Mei.
Diperkirakan ada lebih banyak lagi warga Indonesia yang menyeberang ke Filipina selatan untuk bergabung bersama kelompok militan Maute dan berperang di Marawi. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Polisi Suhardi Alius mengatakan hal itu sudah bisa diprediksi.
“Konflik yang terjadi di Marawi menjadi magnet bagi kelompok radikal dari Indonesia untuk datang ke sana,” ujar Alius melalui pesan pendek kepada Rappler pada hari ini.
Menyerah atau mati
Otoritas Filipina pada Selasa kemarin telah mengeluarkan peringatan bagi kelompok militan agar di Marawi agar segera menyerah. Sejak peperangan meletus pada Selasa, 23 Mei, diperkirakan lebih dari 100 orang tewas.
Lebih dari 55 ribu warga Marawi memilih untuk mengungsi keluar karena mereka khawatir terhadap keselamatannya. Sementara, selama delapan hari terakhir peperangan terjadi non stop.
“Kami menyerukan kepada anggota teroris yang tersisa untuk menyerah selama kesempatan masih ada. Jika tidak bersedia menyerah, maka mereka memilih untuk mati,” ujar juru bicara AFP, Jenderal Restituto Padilla.
Sementara, diperkirakan masih ada sekitar 2.000 warga yang terjebak di area yang masih dikuasai oleh kelompok militan. Komite Internasional Palang Merah juga telah memperingatkan bahwa mereka bisa saja terjebak di dalam aksi pemboman atau saling baku tembak ketika tengah memberikan bantuan kemanusiaan.
0 Komentar