*Tatakrama Politik dan Konstitusi Dibalik Pernyataan Yusril tentang Sementara Abstain Dukungan ke Capres 2019*
Beberapa pihak cukup terkejut oleh pernyataan ketua Partai Bulan Bintang Prof Yusril Ihza Mahendra tentang sementara abstainnya Partai PBB dalam dukung mendukung capres 2019, tak terkecuali rasa heran dari hampir semua kader PBB sendiri yang dari awal sangat yakin sang ketua gerbong PBB ini tanpa diminta otomatis pasti akan dukung capres Prabowo yang telah lama diproyeksikan sebagai manifesto final dari perjuangan konstitusional #GantiPresiden2019.. Semua orang sungguh bertanya, dimana PBB saat pendaftaran Prabowo-Sandi ke KPU kemarin..??
Ada rasa kaget, heran dan bahkan kecewa akan itu karena PBB sudah diendorse, digadang2 jadi Rising Star di antara 4 parpol di blok oposisi pada Pileg 2019 sebelum Berkarya dan Demokrat join, ini dicap akan kontraproduktif bagi partai..
Namun sesungguhnya secara cepat atau pun mendalam dibalik pernyataan Yusril sebenarnya semua harus diartikan dalam perpektif yg lebih bijaksana, tentu ada alasan teknis dan makna tersirat, tentu juga akan butuh kejelian dan kemampuan membuang sindrom 'baper politik' kita semua untuk bisa ke sana..
*Perihal 1*
Yusril mengajak PBB untuk realistis dan tahu diri tentang posisinya sekarang, PBB sedang tidak punya kursi di parlemen pusat, secara konstitusional memang tidak bisa ikut mengusung capres, dukungan hanya akan bersifat moril dan informal, sebuah kontrak koalisi tanpa kontribusi tiket ke KPU sama artinya hanya dengan menumpang menang walau resiko teknisnya juga adalah tidak bisa ikut pemilu mendatang.. ini sebuah sopansantun politik yang sekarang jarang ditemui, kita lihat banyak pihak yang hanya hanyut kemana arus membawa atau kemana kekuasaan akan bersandar. Secara extrim kita sudah lihat partai2 pro rejim yang begitu mudah menyerahkan diri dan lupa amanat awal dari rakyat yang ironis juga diakui luas makin sulit saja hidupnya hari ini..
*Perihal 2*
PBB masih sibuk berjuang bertahan dan mengkonsolidasi dirinya untuk persiapan pemilu pileg 2019, sudah beberapa kali PBB hampir hilang dari daftar kontestan pemilu, Yusril berjuang sendirian dan PBB lolos, sampai saat terakhirpun dari 80 dapil hanya 56 yang diloloskan KPU sementara tenggat waktu hanya tinggal beberapa hari, dan kembali Yusril juga berjuang sendiri, ini belum termasuk unsur kewalahan di internal partai menampung kader baru dan ribuan caleg yang animonya begitu tinggi ingin masuk ke PBB karena beberapa alasan kuat, ini semua memerlukan mental dan endurance yang kuat dari seorang ketua parpol yang memiliki logistik dan sdm supporting yg masih sangat terbatas...
*Perihal 3*
Kembali soal adat dan tatakrama, ini penjelasannya, Yusril adalah Melayu asli, neneknya juga orang Batangtabik Payakumbuh Minangkabau, dalam adat tinggi Minang atau pun Melayu, kalau orang tak menawarkan atau mengundang masuk jangan dulu masuk, ambil posisi dan ikut makan di rumah begitu saja walau sudah banyak teman yang masuk.. Guru hidup Yusril adalah Natsir, seorang yang 'punya adat' dan dikagumi oleh Soekarno karena Natsir tidak butuh kekuasaan, bukan dalam arti tinggi hati tapi kekuasaan dalam kacamatanya adalah amanat yang amat berat sampai ke akhirat, ini juga diamini oleh Bung Hatta, Agus Salim dan Syahrir ... Tatakrama dan adat malu menyelonong ini sudah lama sekali hilang dari bangsa kita, semua orang maunya serba cepat capai tujuan, jangankan menunggu diundang, dicegah atau bukan haknya pun tetap nekat mendobrak atau mencuri masuk.. dan akhirnya semua tatanan hidup jadi rusak.. mulai dari pribadi, keluarga dan berbangsa.. nafsu dan birahi sudah jadi panglima jahat hari ini...
Apa Yusril ingin berkhianat, berkecil hati atau merajuk? Tentu harusnya tidak.. Dari semua yang kita ikuti sepanjang waktu, kita masih yakin penuh Yusril adalah tokoh yang paling ingin perbaikan dan penyelamatan bagi negri ini, Yusril adalah pembela kebenaran dengan jalur konstitusi dan segala kemampuannya yang sulit ditandingi individu lain di republik ini, visinya tentu pasti sama dengan negarawan lain yang masih tersisa sedikit sekali di tanah air, juga sudah berkali kali Yusril turun tangan membela yang tertindas dan melawan lingkaran penguasa secara solitaire tanpa banyak2 bicara, terakhir adalah membela korban gusuran Ahok di beberapa lokasi seperti Luarbatang, Kampung Akuarium dan Kalibata.. Ketika buah perjuangan Yusril melawan penguasa Jakarta itu akhirnya dikendarai begitu saja oleh pihak lain Yusril juga sangat sabar dan legawa..
Yusril akan tetap seorang Yusril, sosok maskulin, independen dan sulit untuk diragukan kredibilitasnya, dia juga bukan seorang pengekor, atau mau duduk dan masuk begitu saja ke lingkaran meja atau masuk rumah orang tanpa diundang.. Dalam banyak kepala yang semua sudah penuh alam pragmatis dan instant hal ini memang akan terdengar amat aneh, absurd bahkan mengada ada, sama anehnya ketika Hatta menolak kembali jadi wakil Soekarno karena hanya merasa telah gagal dalam misi suci kebangsaaanya,, inilah sifat maskulin Negarawan Melayu Minang yang masih tersisa... Semoga Tuan semua masih berkenan menerimanya..
(Joni A Koto, 11 Agustus 2018)
0 Komentar