Kisah bocah Masyita angkat derajat keluarga lewat mengaji Alquran


Kisah inspiratif bisa datang dari siapa saja. Kali ini, kisah tersebut datang dari seorang bocah berusia 9 tahun bernama Masyita Pustri Nasyira.

Anak perempuan yang menderita penyakit low vision ini sukses membahagiakan kedua orangtua, Nasruddin, (39) dan Irawati (39), dengan memberangkatkan ibadah haji ke tanah suci pada 2016 lalu.

Kondisi ekonomi keluarga juga jadi lebih baik berkat Masyita. Dia berhasil mengangkat ekonomi keluarga berkat kepiawaiannya menyenandungkan Murottal Alquran.

"Kehadiran Masyitah membawa pengaruh baik dalam kehidupan keluarga kami. Dia telah mengangkat derajat kami melalui Alquran. Karena kepiawaian menyenandungkan Murottal, saya dan bapaknya bisa ke tanah suci. Jika berharap dari gaji bapak yang masih seorang honorer di salah satu instansi, mungkin kami tak bisa ke tanah suci. Jadi saat itu, Masyita, saya dan bapaknya berangkat bersama menunaikan ibadah haji," kata sang ibu, Irawati, saat ditemui di kediamannya di Jl Veteran Utara Lorong 41 No 47, Makassar, beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan, jika dulu rumah yang didiami keluarga hanyalah bangunan kecil yang tergolong sangat sederhana, kini rumah itu telah dibangun lebih besar dengan eksterior dan interior yang jauh lebih apik dari sebelumnya.


Biaya renovasi rumah sebagian besar dari rezeki yang diperoleh Masyita setelah banyak memenuhi undangan untuk syiar Alquran melalui murottal antara lain mengisi acara pengajian-pengajian dan halal bi halal.

"Saya alumni Akademi Sekretaris, pernah bekerja sebagai sekretaris di beberapa perusahaan swasta. Kita tahulah bagaimana penampilan seorang sekretaris. Dulu saya tidak begini (sekarang berhijab) dan dulu juga saya jarang mengaji tapi kini sudah tiap hari buka Alquran," ujar Irawati yang kini memilih menjadi ibu rumah tangga mengurusi tiga anaknya dan suami.

Irawati menceritakan awal mula putrinya bisa seperti sekarang ini. Beberapa waktu lalu ada seorang ibu pengunjung mal merekam Masyita yang menyenandungkan murottal di mal. Ibu itu lantas memasukkan rekaman itu ke media sosial Facebook. Rekaman video Masyita itu lantas menjadi viral.

"Saat itu Masyita bersama kakaknya Salsabila Putri Nasyira dan bapaknya ke mal. Karena bapaknya mau salat ke musala, Masyitah dan kakaknya diminta menunggu di tangga. Saat duduk di tangga bersama kakaknya inilah Masyita lalu mengaji, nada murottalnya indah dengan suara merdu. Saat itu Masyita melafalkan surat Ar Rahman yang belakangan menjadi surat favoritnya".
"Kemudian ada seorang ibu pengunjung mal tertarik dengan suara merdu Masyita langsung merekam. Dilempar ke media sosial kemudian jadi viral. Saya juga sempat kaget, baru tahu kalau Masyita anak saya yang saat itu masih berusia lima tahun ternyata bisa mengaji padahal selama ini saya tidak pernah mengajarkannya secara khusus," katanya.

Sejak Masyita menginjak usia 3 tahun, dia kerap memperdengarkan murottal ke Masyitah dari ponsel, radio kecil maupun dari televisi. Ternyata hal itu semua tersimpan dengan baik di memori Masyitah sehingga mampu menghafalkan juz 29 dan juz 30.

Dia dan suami lantas meminta Masyita untuk mengaji. Hasilnya, sang anak pun mengaji dengan tepat dan indah. Kemudian suatu waktu, seseorang dari acara Hafidz Indonesia dari salah satu televisi swasta menghubunginya dan meminta Masyitah diikutkan lomba Hafidz Indonesia.

Dia pun lantas meminta izin pihak sekolah yakni Sekolah Luar Biasa (SLB) A Yapti Makassar, agar sang anak bisa mengikuti lomba. Mereka lantas berangkat ke Jakartamengikuti audisi di Masjid Istiqlal dan dinyatakan lulus.

Saat itu Masyita telah menghapal lima juz dari sebelumnya dua juz yakni juz 29 dan 30. Selama tiga minggu Masyitah dikarantina oleh tim Hadidz Indonesia. Namun, Masyitah harus pulang ke Makassar karena hanya bisa menembus tujuh besar saja di acara itu.

"Memang anak saya kurang normal tapi sepertinya dia yang paling percaya diri karena pada dasarnya Masyita itu anaknya selalu ceria. Hanya mampu sampai tujuh besar karena memang saingannya berat-berat," kata Irawati.

Setelah mengikuti acara Hafidz Indonesia, rejeki pun terus berdatangan buat Masyita. Bahkan undangan mengaji buatnya hingga ke Jakarta dari kantor-kantor BUMN, bank, dan majelis taklim.

"Agar hapalan Masyita tetap bertahan dan bertambah, Masyita harus menyetor hapalan ke saya atau ke bapaknya usai magrib. Satu halaman setiap hari dan akhirnya saat ini Masyita sudah mampu menguasai 14 juz. Hingga saat ini Masyita terus diundang tv-tv swasta ke Jakarta. Sungguh Masyita telah mengangkat derajat kami," kata Irawati.

Soal penyakit low vision yang diderita anaknya, Irawati menceritakan hal itu dikarenakan Masyita lahir secara prematur. Masyita berada dalam kandungan sang ibu hanya 6 bulan, 20 hari.

Masyita berada di dalam incubator selama dua bulan. Dia pun menduga kondisi Masyita seperti sekarang dikarenakan hal itu. Sebab, saat itu dokter mengatakan jika lahir prematur, risiko yang ditangung anak bisa menjadi kurang normal atau bisa menjadi sangat pintar.

"Saat mendengar keterangan dokter saya cukup terpukul dan sedih tapi perlahan-lahan bisa menerima. Kepada para ibu, jika memiliki anak yang dilahirkan tidak normal sebagaimana anak lainnya, janganlah bersedih karena tiap anak punya rezeki dan Tuhan telah mengaturnya semua dengan baik," kata Irawati.

Posting Komentar

0 Komentar