Sebanyak lima unit mesin parkir meter yang dipasang Pemerintah Provinsi DKI di pinggir Jalan Kepanduan II atau dekat lingkungan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo, kini sudah tak ada lagi.
Tidak diketahui apa alasan pemerintah untuk mencabut kelima mesin parkir tersebut.
Setelah mesin parkir tak ada, sejumlah orang diduga preman setempat memungut parkir dengan tarif tertentu.
Pantauan Warta Kota, sejumlah motor dan mobil pengunjung taman berjejer di Jalan Kepanduan II, Tambora, Jakarta Barat.
Pengunjung taman yang kendaraannya diparkir di bibir jalan itu membayar parkir yang diminta juru parkir liar. Untuk motor Rp 5.000 dan mobil Rp 10.000.
Salah seorang pengunjung Taman Kalijodo, Andre (31) mengaku tidak tahu soal adanya mesin parkir meter yang kini tak ada lagi di sekitar Taman Kalijodo.
Namun warga Tebet, Jakarta Selatan ini mengeluh karena sebelumnya ia hanya membayar parkir mobil Rp 5.000, namun kini menjadi Rp 10.000.
"Ya saya bingung saja mas. Pas diresmikannya ini taman saya parkir mobil hanya Rp 5.000, bahkan pernah cuma Rp 3.000. Kok, sekarang jadi Rp 10 ribu. Intinya sekarang biaya parkirnya kok bisa naik dari Rp 5.000 jadi Rp 10.000 dan yang mungut juga bukan anggota Dinas Perhubungan ya. Sebelumnya dari Dishub tuh. Sekarang terlihat penjaga parkirnya kayak preman, meresahkan," ungkap Andre saat bersama kedua anaknya mengisi libur panjang dengan jogging di sore hari, Minggu (23/04).
Sementara pengunjung Taman Kalijodo lainnya, Jessica (39), warga Bekasi, Jawa Barat, juga mempertanyakan pengelolaan parkir di Taman Kalijodo.
"Iya, awalnya saya melihat ada mesin parkir yang jumlahnya ada sekitaran empat atau lima deh ya. Sekarang saya lihat sudah enggak ada. Padahal yang sayanya tahu alat parkirnya belum berfungsi ya. Nah, semenjak itu enggak ada ya di parkiran kendaraan menurut saya banyak banget penjaga parkirnya. Ada 10 orangan. Saya kira pengunjung, eh enggak tahunya tukang parkir," terang Jessica.
Ia juga sempat kaget ketika tahu biaya parkir kendaraaan roda empat naik dua kali lipat menjadi Rp 10.000.
"Saya nemenin anak saya ke sini (Taman Kalijodo) sudah kelima kalinya. Saat ini ini saya baru sadar, tadi ketika parkirin mobil itu harus bayar dulu, Rp 10.000 lagi mintanya tuh tukang parkir. Biasanya diminta uang parkir kalau mau pulang dari Taman Kalijodo dan itu hanya Rp 5.000 sementara motor Rp 2.000. Saat saya tadi parkir, saya langsung diminta tuh Rp 10.000. Gayanya kayak preman lagi. Tadi ya saya nanya kok mahal banget, kan biasanya cuma Rp 5.000. Si tukang parkirnya itu bilang 'Udah naik bu jadi ceban (Rp 10.000). Kalau motor goceng (Rp 5.000) bu. Kalau kemahalan jangan parkir di sini bu', ngomongnya gitu. Kan sayanya juga rada shock gimana ya dengar tukang parkir bilang begitu," ceritanya di area skatepark Kalijodo.
Hal yang sama diutarakan oleh Abibah (34), sebagai pengunjung Taman Kalijodo yang juga warga di Kawasan Koja, Jakarta Utara. Ia yang datang bersama empat temannya ke Taman Kalijodo, mengaku kaget saat dimintakan uang Rp 5000 oleh tukang parkir di Taman Kalijodo.
"Emang sih mas tadi bayar parkir motor Rp 5.000 dan biasanya hanya Rp 2.000-an saja. Saya sih enggak masalah sama biayanya, cuma cara minta duit parkirnya itu loh, si tukang parkir kayak malak,"cerita Abibah yang saat itu ingin main Skate Board di Taman Kalijodo.
Menurutnya, sebelumnya tidak seperti itu, apara tukang parkir baik-baik dan kala itu saat pulang mintanya. Ini baru markirin, standarin motor saya, sudah langsung minta duit saja.
"Markir goceng bos buruan'. Gitu mintanya, Ya rada takut juga sih saya. Kalijodo malah seremnya keluar lagi deh tuh. Saya sih yakin mas itu orang yang jaga parkir preman ya," tambahnya.
Dari penampilannyaa, Abibah yakin kalau mereka itu bukan anggota Dishub, ia juga melihat di dekat parkiran itu sudah tidak ada mesin parkir, padahal dulu ada.
"Sekarang sudah kelihatan enggak ada deh, padahal yang jagain anggota Dishub. Pas mesin itu enggak ada, malah yang jagain kok kayak preman ya," kata Abibah.
Terkait hal ini, hingga saat ini Warta Kota belum mendapatkan respon dari Kepala Suku Dinas Perhubungan dan Transportasi (Kasudinhubtrans) Kota Administrasi Jakarta Utara, Benhard Hutajulu dan Kepala Dinas Perhubungan dan Trasnportasi (Kadishubtrans) DKI Jakarta, Andri Yansah, baik dikonfirmasi via telepon maupun via pesan singkat.
0 Komentar